Wednesday, 31 July 2013

kenapa harus on-time

Selama ini kalo ada pertemuan, janjian atau disuruh nunggu suka gak tepat waktu. Tapi saya tetap berusaha dateng, walaupun telat tapi saya memaksakan sehingga saya bisa hadir. Datang dengan muka datar (atau tampang tak bersalah) tapi dalam hati saya sadar saya salah. Dan lebih malu jika yang lain udah yang ada yang menyindir ketidak-ontime-an saya. Tapi saya orangnya tidak terlalu memusingkan sindiran orang, jadi biasa aja.

Saya sadar, saya malu, tapi saya masih bisa senyum jika ada yang menyindir, salahnya saya adalah tidak bisa menampakkan muka kalo saya bersalah. Jadi disangkanya orang saya ini gak tau malu. Tapi masih bisa ‘senang’ karena toh masih bisa mengusahakan datang, urusan kena semprot (dipermalukan di hadapan banyak orang) itu memang resiko. Orang gak mau peduli selama dijalan apa ada hambatan atau enggak, atau urusan kita sebelumnya. Janji adalah janji.

Sudah terbiasa telat, jadi seakan udah mentolerin diri sendiri buat telat. Masih punya pikiran seperti ini : gapapalah telat yang penting dateng, gapapalah telat orang lain juga pasti ada yang telat, gapapalah telat paling nanti kena semprot, gapapalah telat daripada harus nunggu. Masih mengentenggkan urusan janji dengan istilah ‘gapapalah’

Astagfirullahaladzim

Dan sekarang baru terasa bahwa ontime itu penting. Untuk sebagian orang mungkin bisa mentolerin keterlambatan kita seperti orang tua, saudara, temen smp/sma, temen kuliah, temen kumpul, tapi untuk sebagian lain keterlambatan bisa berefek pada urusan selanjutnya. Contohnya bimbingan jadi agak terhambat. Seharusnya kebiasaan ontime harus diterapkan kapanpun, dimanapun dan dengan siapapun.

Etika
ya ini masalah etika

Kenapa harus ontime, karena urusannya menyangkut tidak hanya dengan diri sendiri tapi juga dengan orang lain. Menepati janji, menghargai orang dan komitmen diri sendiri.

Gue tau, gue sadar tapi gue belum faham. Karena ketidak-ontime-an gue masih sering dilakukan. Terakhir gue telat dateng adalah hari ini  ke UP nya t.rini, dan gue kena semprotnya dospem saya.  Pas beliau ngomong bahwa harus ONTIME itu tepat tertuju ke arah gue, dan gue hanya bisa senyum dan dalam hati malunya luar biasa. Terus gue nampangin muka biasa aja, bodobodobodo.

Semoga tidak hanya sekedar menuliskan tapi bisa sedikit demi sedikit kebiasaan ‘tidak ontime’ bisa dibiasakan menjadi ‘ontime’ (ngomong sama hati). Kalo gak bisa dirubah total, rubahlah perlahan-lahan ka. Kaya ngerubah kebisaan dulu (SMP-SMA) yang hampir tiap hari minum kopi, tapi sekarang udah jarang bahkan tidak pernah lagi minum kopi. Semua itu butuh komitmen, eka pasti bisa dalam urusan ontime. Harus bisa. Perlahan ka...

0 comments:

Post a Comment

 
;